Fendik Sudandar, Loper Koran Jadi Pengusaha

Berwirausaha memasarkan koran pun bisa memanfaatkan kredit PUNDI. Selain mengembangkan usahanya, Fendik Suganjar bahkan mampu memberdayakan remaja-remaja putus sekolah sebagai tenaga kerja pengantar koran atau loper. Melalui kredit PUNDI via Bank Jatim cabang Nganjuk, Fendik memperoleh tambahan dukungan modal Rp 5 juta pada tahun 1998, Rp 10 juta tahun 1999, dan Rp 15 juta di tahun 2003 lalu.

Turut berperan langsung menyosialisasikan berbagai informasi yang terangkum melalui media massa kepada masyarakat, menjadi kebanggaan tak ternilai bagi Fendik alias Hasyim. Meski bukan sebagai seorang reporter atau wartawan, tapi andil di sektor pemasaran sebagai agen. Agen merupakan bagian terpenting dan memiliki nilai strategis bagi rekanan bisnis usaha media massa. Type your summary here

Type rest of the post hereTingkat kesuksesan meraih posisi sebagai agen dalam dunia pemasaran media massa merupakan satu prestasi bagi mantan seorang tenaga loper koran. Berbekal kegigihan dan kesungguhannya menjalani profesi sebagai pengantar koran ternyata kian menguatkan kemampuannya mewujudkan mimpi barunya menjadi seorang pengusaha meski masih berkategori pengusaha kecil.

Memang menarik bila menyimak kisah sukses seorang nasabah kredit PUNDI Bank Jatim cabang Nganjuk. Setelah sederetan pengalaman dienyamnya, baik sebagai pembersih kandang sapi, mengurus ayam, mencari rumput, buruh bangunan, buruh pabrik, penjaga toko hingga akhirnya terjun menjadi loper koran di kampung halamannya, Nganjuk, Jawa Timur.

“Karena pendidikan saya sangat rendah menyebabkan harus rela berjuang keras melakoni perjalanan hidup. Syukur semua penglaman memberi masukan positif, khususnya untuk memacu motivasi saya meraih kondisi hidup dan kehidupan yang lebih baik,” papar Fendik Suganjar (37), akrab dipanggil Hasyim ini.

Meski berasal dari keluarga kurang mampu, ayahnya seorang buruh penebang pohon kelapa dan ibunya penjual buah melinjo, tidak meyurutkan niat Hasyim untuk bisa hidup lebih mapan yang bisa membantu orang-orang di sekitarnya. Melalui profesi sebagai pengusaha penyewaan buku-buku bacaan keliling dan loper koran yang mengharuskannya bertemu dengan banyak orang dari berbagai kalangan, sehingga membawa ia bisa ′akrab′ dengan kalangan Bank Jatim cabang Nganjuk sebagai salah satu pelanggan dagangan korannya.

“Berawal dari situlah akhirnya saya akrab dengan pegawai Bank Jatim hingga akhirnya mendapat informasi tentang kredit PUNDI tersebut, dan syukurlah akhirnya bisa menjadi salah satu nasabahnya,” aku bapak tiga orang anak, suami dari Suparti.

Mantan pemilik usaha taman bacaan ′Karya Anda′ di Probolinggo, Jatim pada tahun 1989 silam yang kini mengelola kios di pasar Sukomoro, Nganjuk, memperoleh pinjaman kredit PUNDI pertama pada tahun 1998 sebanyak Rp 5 juta, dengan sertifikat tanah sebagai agunannya.

Berkat keuletannya memanfaatkan pinjamannya itu, pengusaha kecil yang kini masih kerapkali turun mengantar koran ke rumah-rumah langganan dengan sepeda motornya, mampu meningkatkan sekaligus membesarkan usahanya. Maka berlatar bekalang fakta tersebut pihak Bank Jatim pun mengabulkan pinjaman tahap kedua dan ketiganya bagi Hasyim.

Pada tahap kedua pada tahun 1999 setelah menjalani cicilannya dengan baik dan lancar, pengusaha kecil yang mempekerjakan 4 orang (3 orang siswa SMK/STM dan 1 orang SMP) dengan gaji Rp 70 ribu per bulan, mendapat kucuran kredit PUNDI Rp 10 juta. Pinjaman sebesar itu selain digunakan untuk mengembangkan usahanya juga sebagian dinvestasikan untuk membeli sawah.

Hasyim yang pernah melakoni pula sebagai guru tari dan senam, serta guru ngaji di Taman Pendidikan Al Qur′an (TPA), pada tahun 2003 lalu kembali memperoleh kredit PUNDI sebesar Rp 15 juta setelah ajuannya dikabulkan pihak Bank Jatim cabang Nganjuk. “Saya bersyukur tetap memperoleh kepercayaan dari Bank Jatim Nganjuk, sehingga usaha pun lancar,” kilahnya.

Tak salah bila Bank Jatim yang memiliki kemitraan dengan Yayasan Damandiri khususnya mengenai program Kredit PUNDI, terus memberi kepercayaan kepada Hasyim. Selain omset usaha Hasyim sebagai agen koran yang mencapai Rp 1 juta per hari dengan keuntungan bersih 10 persen, ia juga patuh dan lancar dalam membayar cicilannya.

Dan berkat bantuan kredit PUNDI pula selain Hasyim mampu menyekolahkan adik dan saudara-saudaranya hingga lulus SMA, ia pun kini sudah memiliki rumah permanen, tanah dan sawah di tiga lokasi, kios, dan 2 unit sepeda motor. Sungguh mengagumkan cara warga Jl Wilis IIIA Nomor 4, Dukuh Jarakan Kelurahan Kramat, Nganjuk, dalam membangun kesejahteraan keluarga dan menolong anak orang lain sebagai karyawannya demi menuntaskan sekolahnya masing-masing. Sehingga pantas bila kisah Hasyim pun tampil terpilih menjadi salah satu episode dari sinetron seri Bukan Hanya Mimpi II yang ditayangkan di TPI. Patut ditiru! (gemari) (bps)

Sumber : Waspadaonline.co.id

Artikel Terkait

Previous
Next Post »