NGETOS – Di Desa/Kecamatan Ngetos, sebuah perkampungan yang terletak
di lereng Gunung Wilis, terdapat kelompok anak-anak muda yang rutin
berkumpul setiap hari. Meskipun tempat tinggal mereka jauh dari
hiruk-pikuk kota, namun mereka tetap aktif meng-update informasi dan pengetahuan. Salah satunya informasi bahwa lembaga PBB bernama United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO), telah menetapkan batik sebagai budaya asli Indonesia. Karena
itulah, belakangan mereka terinsiprasi untuk merintis dan mengembangkan
kreasi batik tulis khas wilayah mereka sendiri.
Belasan anak-anak muda usia 17-25 tahun itu kebetulan memiliki
keahlian, yang kebanyakan orang tidak memilikinya. Ada yang pernah
belajar dari orangtua dan neneknya, ada pula yang mendapat ilmu dan
teknis membatik dari pengasuh senior di kelompok kumpulan mereka.
Setidaknya sudah dua tahun terakhir, mereka merintis usaha yang kini
sudah punya workshop di rumah pengasuh mereka, Aries Trio Effendi,
35.”Ini sebenarnya warisan turun temurun dari nenek moyang. Tapi
sekarang sudah jarang anak muda yang mewarisinya,” kata Aries,
menceritakan awal mula dirintisnya usaha kerajinan batik tersebut.
Didorong semangat ingin mengangkat dan melestarikan budaya
tradisional itulah, Aries pun memilih untuk mengembangkan kerajinan
batik khusus batik tulis, yang kemudian diajakan secara cuma-cuma kepada
anak-anak muda di desanya. Sampai berjalan sekitar dua tahun ini, sudah
ada belasan anak muda setempat yang mulai mahir menorehkan lukisan
corak batik pada lembaran-lembaran kain di tempat workshop mereka, yang
merangkap rumah milik Aries sendiri. “Sudah sering diikutkan pameran di
luar kota,” sambung Aries.
Sebagian peralatan membatik didapatkan Aries dan warisan kerabat dan
orang-orang tua di desanya, yang pada zaman dahulu sebenarnya sudah
pernah memulai kerajinan tersebut. Namun kini, untuk memancing minat
anak-anak muda, Aries sedikit memodifikasi pakem corak batik dengan
memasukkan warna-warna cerah pelangi. Sementara bentuknya masih tetap
mengadopsi corak batik Nganjuk yakni keanekaragaman hayati di hutan
Gunung Wilis seperti daun-daunan, pohon hingga beberapa satwa endemik di
hutan setempat.
Begitu pula denga corak khas prasasti Anjuk Ladang, sebagai ikon
utama Kabupatan Nganjuk. “Sering juga anak-anak SMA dari rombongan
sekolah mampir dan belajar singkat ke sini,” lanjut Aries. Sampai saat
ini, Aries mengaku masih betah bertahan melanjutkan kegiatan tersebut,
dan bahkan sudah berencana mengadakan pameran terbaru, di samping mulai
melayani pesanan perorangan. (pas/die)
Sumber : Radar
Sumber : Radar