Menikmati Sunset di Puncak Bukit Songgong Sawahan Nganjuk

SAWAHAN – Destinasi wisata alternatif di Nganjuk makin banyak saja. Yang terbaru, setelah wahana arung jeram menggunakan ban karet di Sungai Petungulung, Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan, kali ini giliran wisata bertema pemandangan alam di puncak Bukit Songgong, salah satu dari deretan perbukitan yang ada di lereng utara Gunung Wilis.
Secara geografis lokasinya juga masih termasuk wilayah Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan, tepatnya di perbatasan Dusun Ngroto dan Dusun Sumber Tumpeng. Kebanyakan pengunjung yang datang ingin menikmati matahari terbenam (sunset) sembari berfoto ria bersama teman dan keluarga.
Keberadaan lokasi ini ramai diperbincangkan orang seminggu terakhir. Berawal dari informasi mulut ke mulut, dengan cepat kabar dan foto-foto gambaran lokasinya menyebar luas di situs jejaring sosial seperti facebook (FB), twitter hingga instagram. Sampai kemarin, sudah ribuan orang yang kebanyakan anak-anak muda sudah mengunjungi lokasi ini, lantaran bentuknya yang unik. Yakni berupa taman luas di puncak bukit yang tersusun dari ratusan batuan runcing. “Yang banyak malah dari luar kota. Dari Malang, Madiun, Surabaya,” ujar Mali, 35, pemuda desa setempat yang setiap hari ikut mengelola lokasi wisata baru tersebut.
Mali mengakui rasa penasaran orang yang tinggi dipicu oleh penampakan bentuknya yang berupa tatanan batu-batu besar berbentuk runcing menyerupai bentuk nasi tumpeng. Tidak jarang pengunjung dari luar kota yang diantar oleh Mali menuju lokasi, awalnya mengira tempat itu adalah situs prasejarah sejenis candi, seperti yang ada di situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. “Ini taman baru dibuat, sebelumnya hutan lebat,” kata Mali.
Pembangunan taman itu memakan waktu sembilan bulan sejak Januari 2015 lalu. Sang perancang sekaligus pembuat taman tersebut, Kasnoto, 60, pria asal Desa Sidorejo, Kecamatan Sawahan, mengerjakan sebagian besar ‘proyek’-nya itu sendiri dan sisanya dibantu oleh warga dan pemuda desa setempat termasuk Mali. Pembangunan dilakukan di atas lahan puncak bukit seluas sekitar 1 hektare, dengan mengambil bahan baku batu endemik berbentuk runcing yang sangat melimpah di permukaan tanah seluruh kawasan bukit, mulai bawah sampai puncak. Dia juga sengaja dipilih lokasi dengan pemandangan lembah dan deretan perbukitan Wilis yang paling indah. “Dan ternyata benar-benar ada yang suka dan memuji,” ucap Mali lagi.
Sore kemarin, Jawa Pos Radar Nganjuk melihat sendiri begitu ramainya lokasi taman Bukit Songgong. Puluhan orang yang kebanyakan anak muda asyik berfoto ria dengan gaya selfie menggunakan ponsel, maupun para fotografer dari berbagai kota yang datang dengan peralatan kamera prosfesional. Sisanya, adalah pengunjung keluarga yang membawa serta anak-anak kecil. “Sempat ada ide mau ditiketkan, tapi saya larang. Biar sementara orang-orang bebas menikmati pemandangan di sini,” lanjut Mali.
Roby, 21, salah satu pengunjung asal Caruban, Madiun sore kemarin tampak betah berlama-lama di lokasi, bersama rombongan teman sebayanya sampai hari gelap. Niat awalnya datang sore kemarin selain melihat taman batu yang eksotis, karena ingin menikmati pemandangan matahari terbenam di balik lembah sisi timur bukit. Namun karena langit dan matahari sore kemarin terututup awan, dia akhirnya memutuskan untuk lebih lama berada di Nganjuk sambil menunggu matahari terbit di sudut lain, di sisi barat Bukit Songgong pagi harinya. “Ini yang saya suka, bisa lihat matahari terbenam sekaligus matahari terbit,” ujarnya. (pas)
Sumber : Radar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »